Cerpen
Membaca Itu Penting
Oleh Dadan S.
Membaca
itu penting. Begitu selalu yang dikatakan Ayah dan Ibu. Dan kali ini, kakakku
ikut-ikutan bilang begitu. Bosan juga mendengar nasihat itu. Apalagi jika kak
Wati mengucapkannya saat aku nonton TV. Cerewet!
“Kan,
kamu bercita-cita ingin jadi menteri atau presiden. Cita-citamu itu OK. Tapi
salah satu modalnya adalah membaca!”
Aku
lalu menjawab, “Yang penting itu pintar ngomong. Tidak perlu membaca segala!”
“Coba
saja ngomong. Apa omonganmu bisa ada isinya tanpa membaca?” tantang kakakku.
Malamnya,
sebelum tidur, aku berdiri tegak di muka cermin. Perlahan tapi pasti, mulut
kubuka. Kata-kata kurangkai. Ternyata yang keluar...
“Jadinya...
jadinya....”
Ah,
gagal! Aku lalu kembali mencoba. Mulut kubuka perlahan.
“Oleh
karena itu... Oleh karena itu....”
Ugh,
kepalaku benar-benar kosong. Bingung, tak tahu harus bicara apa. Ternyata jadi
presiden ataupun menteri memang berat. Wah, untungnya kekonyolanku ini tidak
kulakukan di depan Kak Wati.
Esoknya,
segera kuganti cita-citaku. Bukan ingin menjadi menteri, bukan pula menjadi
presiden. Aku ingin menjadi wartawan saja. Namun, mendengar cita-cita baruku
itu, kakakku tertawa geli. Lalu kembali memberi nasihat seperti yang
sudah-sudah. Membaca itu penting! Dengan santai kakakku bertanya,
“
Apa kamu pikir wartawan itu bodoh? Otaknya kosong tak berisi?”
“Ya,
tidak juga. Tapi, untuk jadi wartawan, kan, tidak perlu banyak membaca. Yang
penting bisa menulis, bisa mengarang, dan juga bisa mencari berita.”
“Coba
buktikan. Buatlah karangan sesukamu!” tantang Kak Wati lagi.
“Tunggulah,
besok,” kali ini tantangan Kak Wati kusetujui. Aapalgi katanya aku akan
dibelikan Tamiya. “Kubuktikan semuanya besok. Modalnya hanya pulpen dan kertas.
Bukan membaca. Lihatlah.”
Satu
jam lebih aku terpekur. Hanya dua kata yang barusan kutulis. Kertas masih
kosong melompong. Aku tak tahu bagaimana harus merangkai kata-kata. Kak Wati
duduk di depanku. Sesekali ia mengamatiku. Tangannya menggenggam buku, entah
buku apa. Hobinya memang membaca. Tampak ia begitu asyik membaca.
Kak
Wati menungguku membereskan karangan. Aku telah berjanji akan menyelesaikannya dalam
waktu 30 menit. Tapi nyatanya...
“Sudah
satu setengah jam. Tapi tenanglah. Tak perlu buru-buru. Kalimatmu pasti bagus,”
sindir kakakku.
Jelas
Kak Wati bisa melihat kebingunganku. Berkali-kali aku menghapus debu yang
mengotori kertas kosong melompong itu. Keringat dingin tak tersa merembesi
kepala dan badanku. Sesungguhnya aku sangat ingin menyerah. Tapi gengsi.
“Tunggu
sebentar, ya, Kak!” ujarku tiba-tiba.
Aku
pura-pura ke kamar mandi. Padahal, ketika Kakak tak melihat, aku bergegas masuk
ke kamar.
Di
sana ada sebuah buku tergeletak. Tanpa pikir panjang, kubuka dan kucari-cari
isinya. Kebetulan! Sebuah buku yang sangat pas dengan kebutuhanku. Selembar kertas
kucabut dari buku tulis. Lalu aku mulai mengutip tulisan di dalam buku itu.
...
Manusia adalah makhluk hidup.
Perbedaannya dari hewan dan tumbuhan terletak pada kemampuan otaknya. Secara
Biologis...
Sorenya,
setelah karangan itu beres, kakakku tertawa ngakak lagi. Tentu saja itu
membuatku heran.
“Hebat!
Hebat sekali!” pujinya. “Kamu bakal jadi pengarang sekaligus wartawan yang
cerdas. Hanya sayang....” Kakak sengaja menggantung kalimatnya. Membiarkanku
melongo. “Kamu adalah wartawan yang menjiplak buku biologi! Lihatlah kalimat
yang kamu pakai. Persis kan dengan buku Kakak ini?”
Tiba-tiba
ia mengeluarkan buku yang tadi kujiplak. Aku tercenung. Ternyata Kak Wati
sengaja meletakkan buku itu di kamarku. Untuk membuktikan bahwa membaca itu
penting. Ternyata...Ayah, Ibu, dan Kak Wati memang benar. Membaca itu penting!
How do I make money? - How to make money on live casino games
BalasHapusWith casinos that allow players to make bets without risking money, you can't really make money without a deposit. In fact, the process involves placing your bets and งานออนไลน์