Cerpen
Janji
Oleh Lisa Andriani
Sejak
duduk di bangku TK, Riko dan Aido bersahabat. Mereka bisa bersahabat karena
mama mereka juga bersahabat. Mama Riko dan
mama Aldo memang bersahabat sejak masa sekolah dulu. Ketika Riko dan
Aldo masuk SD, mulai tampak perbedaan mereka. Riko sangat pandai bergaul dan
periang. Ia punya teman di mana-mana. Aldo sebaliknya. Ia pendiam, pemalu, dan
kutu buku. Sementara Aldo sibuk belajar untuk mempertahankan gelar juara
kelasnya. Riko asyik mengikuti aneka kegiatan dari sepakbola, karate, hingga
menggambar.
Pelan-pelan
keduanya menjauh. Aldo hampir tak punya teman karena sifat pendiamnya. Riko
juga menganggap Aldo kurang menarik. Ia kini agak malas bersama-sama Aldo lagi.
“Ko, sekarang kamu kok, jarang main ke rumah Aldo? Tante Dina menanyakan, lo,”
kata mama Riko suatu hari. “Habis, di rumah Aldo Cuma ada buku. Lagipula, aku
kan sekarang punya banyak kegiatan.”
“Cieee,
yang lagi sibuk,” goda mama. “Tapi Aldo kan kurang pandai bergaul. Kenapa kamu
enggak ajak dia ikut kegiatan kamu sekalian? Supaya dia punya banyak teman
juga...”
“Wah, susah. Dulu aku pernah ngajak Aldo, tapi
dia terlalu pendiam. Anak-anak lain jadi malas berbicara dengan dia.”
“Ya,
kamu yang tolong bantu Aldo, dong. Kan kamu yang paling dekat dengan Aldo.
Tante Dina sering curhat sama Mama. Dia bingung melihat Aldo tidak pernah main
ke luar rumah. Katanya kalu kamu datang, Aldo terlihat lebih gembira.”
“Iya,
Ma. Nanti Riko ajak, deh!” Kesempatan yang ditunggu pun datang. Riko mengajak
Aldo pergi memancing di waduk pada hari Minggu. Mumpung Riko tidak punya
kegiatan lain. Aldo dan Riko memang sama-sama memancing. Dulu mereka sering
memancing bersama.
Minggu
pagi, Riko bersiap-siap berangkat. Karena rumah mereka tidak searah, mereka
berangkat sendiri-sendiri dan janjian bertemu di waduk.
“Nih,
Mama kasih uang. Karena di rumah tak ada makanan, kamu pergi saja dulu beli
camilan di supermarket,” kata Mama ketika Riko pamit.
Riko
menerima uang, lalu berangkat ke supermarket di kompleks rumahnya. Ia mengambil
beberapa bungkus snack dan air
mineral. Ketika sedang antre di kasir, tiba-tiba ada yang memanggilnya. “Hei,
Rik! Kebetulan ketemu kamu di sini. Aku baru saja mau ke rumahmu.”
“Eh,
Toni. Ada apa?”
“Kamu
ada acara enggak? Aku baru beli PS 2 baru. Sekarang aku lagi butuh lawan
tanding nih.”
Riko
ragu sejenak. Namun tawaran menarik itu tentu saja tak bisa ia tolak. Riko
langsung setuju untuk mampir ke rumah Toni.
Waktu
pun berlalu dengan cepat di rumah Toni. Keduanya asyik bertanding sepakbola di playstation. Ketika terdengar bunyi
guntur di luar, Riko baru teringat pada Aldo.
“Ya
ampun. Harusnya aku ke waduk! Aku ada janji dengan Aldo siang ini.”
“Paling
dia sudah pulang, hujannya deras sekali tuh,” jawab Toni tak peduli. “Santai
saja, nanti malam kalau hujan masih deras, supirku akan mengantarkanmu dengan mobil.”
Malam
hari, hujan masih turun dengan derasnya. Riko akhirnya diantar pulang oleh
supir Toni. Ternyata Mama sudah menunggunya sambil berkacak pinggang.
“Kamu
tadi kemana? Tadi siang Aldo telepon dari waduk. Mama pikir, mestinya kan kamu
sudah sampai di sana.”
“Ngggg...Riko
ketemu Toni di supermarket. Terus diajak Toni main PS di rumahnya.” Riko
menjawab sambil menunduk.
“Tante
Dina baru saja telepon. Katanya Aldo masuk rumah sakit gara-gara asmanya kumat.
Tadi sore dia sampai rumah dalam keadaan basah kuyup kehujanan. Badan Aldo kan
ringkih. Kedinginan sedikit saja, ia bisa langsung sakit.”
“Lo,
itu kan salah Aldo juga. Kenapa ia terus menunggu dan tidak pulang saja?”
“Itu
gara-gara dia menunggu kamu yang enggak ada kabarnya. Waktu dia telepon ke sini,
Mama bilang kamu mungkin dalam perjalanan ke sana. Jadi, dia terus menunggu dan
hujan pun turun. Karena sampai sore hujan tidak juga berhenti, Aldo nekat
pulang walau hujan deras. Kalau malam kan sudah tak ada bis lagi. Enggak
tahunya, yang ditunggu malah enak-enak main PS!” tukas Mama.
Riko
makin merasa tidak enak. Gara-gara dia, Aldo jadi sakit. Dia sudah membuat Aldo
menunggu lama. Dia juga mengubah rencana tanpa memberitahu Mama dan Aldo. Semua
jadi kacau!
“Maafkan
Riko, Ma...” ucap Riko pelan penuh sesal.
“Minta
maafnya sama Aldo dan Tante Dina. Besok kita tengok Aldo di rumah sakit.” sahut
Mama masih kesal.
Riko
mengangguk. Dalam hati ia berjanji. Ia akan membuatkan Aldo catatan semua
pelajaran, selama Aldo sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar