Kamis, 29 Januari 2015

Cerpen Karya Anak Bangsa : Janji



Cerpen
Janji
Oleh Lisa Andriani
Sejak duduk di bangku TK, Riko dan Aido bersahabat. Mereka bisa bersahabat karena mama mereka juga bersahabat. Mama Riko dan  mama Aldo memang bersahabat sejak masa sekolah dulu. Ketika Riko dan Aldo masuk SD, mulai tampak perbedaan mereka. Riko sangat pandai bergaul dan periang. Ia punya teman di mana-mana. Aldo sebaliknya. Ia pendiam, pemalu, dan kutu buku. Sementara Aldo sibuk belajar untuk mempertahankan gelar juara kelasnya. Riko asyik mengikuti aneka kegiatan dari sepakbola, karate, hingga menggambar.
Pelan-pelan keduanya menjauh. Aldo hampir tak punya teman karena sifat pendiamnya. Riko juga menganggap Aldo kurang menarik. Ia kini agak malas bersama-sama Aldo lagi. “Ko, sekarang kamu kok, jarang main ke rumah Aldo? Tante Dina menanyakan, lo,” kata mama Riko suatu hari. “Habis, di rumah Aldo Cuma ada buku. Lagipula, aku kan sekarang punya banyak kegiatan.”
“Cieee, yang lagi sibuk,” goda mama. “Tapi Aldo kan kurang pandai bergaul. Kenapa kamu enggak ajak dia ikut kegiatan kamu sekalian? Supaya dia punya banyak teman juga...”
 “Wah, susah. Dulu aku pernah ngajak Aldo, tapi dia terlalu pendiam. Anak-anak lain jadi malas berbicara dengan dia.”
“Ya, kamu yang tolong bantu Aldo, dong. Kan kamu yang paling dekat dengan Aldo. Tante Dina sering curhat sama Mama. Dia bingung melihat Aldo tidak pernah main ke luar rumah. Katanya kalu kamu datang, Aldo terlihat lebih gembira.”
“Iya, Ma. Nanti Riko ajak, deh!” Kesempatan yang ditunggu pun datang. Riko mengajak Aldo pergi memancing di waduk pada hari Minggu. Mumpung Riko tidak punya kegiatan lain. Aldo dan Riko memang sama-sama memancing. Dulu mereka sering memancing bersama.
Minggu pagi, Riko bersiap-siap berangkat. Karena rumah mereka tidak searah, mereka berangkat sendiri-sendiri dan janjian bertemu di waduk.
“Nih, Mama kasih uang. Karena di rumah tak ada makanan, kamu pergi saja dulu beli camilan di supermarket,” kata Mama ketika Riko pamit.
Riko menerima uang, lalu berangkat ke supermarket di kompleks rumahnya. Ia mengambil beberapa bungkus snack dan air mineral. Ketika sedang antre di kasir, tiba-tiba ada yang memanggilnya. “Hei, Rik! Kebetulan ketemu kamu di sini. Aku baru saja mau ke rumahmu.”
“Eh, Toni. Ada apa?”
“Kamu ada acara enggak? Aku baru beli PS 2 baru. Sekarang aku lagi butuh lawan tanding nih.”
Riko ragu sejenak. Namun tawaran menarik itu tentu saja tak bisa ia tolak. Riko langsung setuju untuk mampir ke rumah Toni.
Waktu pun berlalu dengan cepat di rumah Toni. Keduanya asyik bertanding sepakbola di playstation. Ketika terdengar bunyi guntur di luar, Riko baru teringat pada Aldo.
“Ya ampun. Harusnya aku ke waduk! Aku ada janji dengan Aldo siang ini.”
“Paling dia sudah pulang, hujannya deras sekali tuh,” jawab Toni tak peduli. “Santai saja, nanti malam kalau hujan masih deras, supirku akan mengantarkanmu dengan mobil.”
Malam hari, hujan masih turun dengan derasnya. Riko akhirnya diantar pulang oleh supir Toni. Ternyata Mama sudah menunggunya sambil berkacak pinggang.
“Kamu tadi kemana? Tadi siang Aldo telepon dari waduk. Mama pikir, mestinya kan kamu sudah sampai di sana.”
“Ngggg...Riko ketemu Toni di supermarket. Terus diajak Toni main PS di rumahnya.” Riko menjawab sambil menunduk.
“Tante Dina baru saja telepon. Katanya Aldo masuk rumah sakit gara-gara asmanya kumat. Tadi sore dia sampai rumah dalam keadaan basah kuyup kehujanan. Badan Aldo kan ringkih. Kedinginan sedikit saja, ia bisa langsung sakit.”
“Lo, itu kan salah Aldo juga. Kenapa ia terus menunggu dan tidak pulang saja?”
“Itu gara-gara dia menunggu kamu yang enggak ada kabarnya. Waktu dia telepon ke sini, Mama bilang kamu mungkin dalam perjalanan ke sana. Jadi, dia terus menunggu dan hujan pun turun. Karena sampai sore hujan tidak juga berhenti, Aldo nekat pulang walau hujan deras. Kalau malam kan sudah tak ada bis lagi. Enggak tahunya, yang ditunggu malah enak-enak main PS!” tukas Mama.
Riko makin merasa tidak enak. Gara-gara dia, Aldo jadi sakit. Dia sudah membuat Aldo menunggu lama. Dia juga mengubah rencana tanpa memberitahu Mama dan Aldo. Semua jadi kacau!
“Maafkan Riko, Ma...” ucap Riko pelan penuh sesal.
“Minta maafnya sama Aldo dan Tante Dina. Besok kita tengok Aldo di rumah sakit.” sahut Mama masih kesal.
Riko mengangguk. Dalam hati ia berjanji. Ia akan membuatkan Aldo catatan semua pelajaran, selama Aldo sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar